Jumat, 22 Maret 2019

Senyum :)


Senyum
Matahari terasa lebih terik siang ini, membuat tenggorokan ini merasa kering. Dan kini aku memutuskan untuk masuk kedalam kafe di pinggir jalan kota Jakarta. Duduk tepat disamping jendela dan memesan secangkir greentea dingin. Sambil menunggu pesanan aku mengeluarkan novel kesukaanku dan juga earphone. Membuka buku novelku sambil mendengarkan lagu dan sesekali melihat kearah jendela. Tak lama greentea sudah berlabuh di mejaku dan aku mulai meminum greentea kesukaanku. Rasanya masih sama saat pertama kali aku kesini.
Kala itu bukan matahari yang menyerang namun rintik hujan yang menyerang, yang memutuskanku untuk masuk kedalam kafe ini. Duduk di dekat jendela sambil mengeringkan bajuku yang terkena air hujan. Tak lama ada seorang laki-laki yang datang membawakanku secangkir greentea dingin padahal aku baru saja datang dan belum memesan. Sambil meletakan cangkir itu dia tersenyum sangat hangat sampai membuatku setengah tertegun. Aku Arisa Purnama yang biasa dipanggil Ica. Hari ini tanggal 11 Januari 2014 pertama kalinya aku melihat senyum seseorang sehangat matahari.
Setelah meletakan cangkir yang berisi greentea dingin itu, dia langsung duduk disampingku dan mengulurkan tangannya “Arka”, katanya. Aku merespon uluran tangan itu “Ica”, kataku. Entah apa yang dilakukan sebelum datang kesini tapi aku begitu senang setiap kali melihat senyumnya. Tak butuh waktu lama, aku dan Arka sudah mulai bisa tertawa bersama dan membicarakan berbagai hal.
Aku melirik kearah jendela, hujan yang menghalangi perjalananku sudah reda. Aku memutuskan untuk berpamitan. Sebelum pergi Arka sempat meminta nomer handphone ku dan kita membuat janji untuk dapat bertemu kembali. Saat aku akan keluar kafe tersebut, Arka berteriak “18 Januari ya”. Aku tersenyum dan mengangguk mendengarnya. Tanggal dimana aku dapat melihat kembali senyumannya. Aku berjalan kearah rumahku sambil membayangkan senyumannya. Kafe ini sebenarnya tidak terlalu jauh dari rumahku, namun karena hujan yang sangat deras tadi aku memutuskan untuk mampir ke kafe itu dan bertemu dengannya. Kafe yang pertama kali ku kunjungi dan senyum yang pertama kali ku lihat.
Hari-hariku diisi dengan menunggu tanggal 18 Januari, entah kenapa aku sangat menunggu tanggal itu. Sejak perpisahan di kafe itu, Arka pernah mengirim pesan kepada ku “Selamat pagi cantik” isinya. Aku yang memang jarang membuka handphone tapi sejak saat itu lebih sering meliriknya hanya untuk melihat pesan-pesan dari Arka.
Saat ini aku berumur 21 tahun, pekerjaanku adalah seorang penulis, memang tidak terlalu banyak karyaku tapi aku yakin diantara karya yang telah ku buat pasti ada yang melekat di hati pembaca. Dan Arka, laki-laki yang berumur 24 tahun adalah pemilik kafe yang mempertemukan kita berdua.
Hari ini tanggal 18 Januari, waktu dimana aku bisa melihat senyum hangatnya. Setelah makan siang aku datang ke kafe, duduk di samping jendela. Memesan greentea dingin. Sambil menunggu aku mengeluarkan laptopku , melihat kesekeliling kafe. Arka mana? Aku bertanya-tanya di dalam hati. Tak lama greentea dingin datang bersama dengan laki-laki yang memiliki senyuman hangat. Arka. Aku tersenyum melihatnya. Arka juga memberikan setangkai bunga mawar putih untukku, “pelayanan khusus” katanya. Aku tersenyum. Rasa rindu ku kepada laki-laki ini sangat menggebu-gebu. Kami mulai bercerita satu sama lain. Baru kenal satu minggu tapi rasanya seperti sudah bertahun-tahun.
 Di tengah obrolan, Arka berpamitan. Bukan untuk satu minggu bukan juga untuk satu bulan. 3 tahun. Ya, 3 tahun. Arka akan berangkat negeri paman Sam untuk melanjutkan kuliahnya S2 disana. Besok Arka akan berangkat. Aku tidak bisa melarangnya, apa hak ku? Siapa aku baginya? Untuk apa juga ia berpamitan kepadaku? Aku hanya orang yang baru dikenalnya. Aku hanya bisa tersenyum dan mengangguk, memberikan dukungan kepadanya walaupun hatiku seolah tak menerima.
Arka menggenggam tanganku, “percaya padaku dan tunggu aku” katanya. Aku tersenyum dan tanpa sadar meneteskan air mata. Entah kenapa aku bisa menangis karena orang yang baru ku kenal selama satu minggu ini. Arka menghapus air mataku dan tersenyum. Ya Tuhan, senyumnya yang hangat itu apakah aku sanggup untuk tidak melihatnya selama 3 tahun. Senyum sehangat matahari di pagi hari yang dengan hebatnya karena senyum itu, ia bisa menguasai hatiku.
Semalaman aku mencoba mengikhlaskannya untuk pergi. Dan hari ini aku mengantar Arka ke bandara, Arka memelukku. “Nanti 11 Januari 2017 kita akan bertemu kembali di tempat pertama kita bertemu. Ingat, percaya dan tunggulah aku” kata Arka mengakhiri pertemuan kita. Pesawat yang membawa Arka ke negeri paman Sam mulai lepas landas.
Hari-hari ku kembali seperti semula dimana Arka belum muncul dihadapanku bersama dengan senyumnya. Kadang terlintas dipikiranku kenapa aku harus menunggunya? Kenapa aku harus percaya padanya? Dia bukan siapa-siapa di hidupku, dan aku juga bukan siapa-siapa dihidupnya. Setiap kali ku mengingatnya pasti secara otomatis air mataku menetes.
Dan sekarang 11 Januari 2017 aku masih bertahan dengan perasaanku. Duduk di dekat jendela, memesan secangkir greentea dingin, membaca novel, mendengarkan musik dan yang pasti menunggu kehadirannya sambil membayangkan saat-saat kita pertama bertemu. Senyumnya yang hangat yang berhasil mengalihkan duniaku bersama dengan greentea manis yang ia bawakan untukku kala itu.
Saat sedang menikmati suasana di kafe ini, tiba-tiba seorang laki-laki duduk di sampingku sambil mengulurkan kotak yang berisikan sepasang cincin. Dia Arka, laki-laki yang ku tunggu selama ini. Secara tak sadar aku langsung memeluknya, aku terkejut karena kehadirannya. Tapi bukan hanya itu, aku juga terkejut dengan cincin yang ia bawa.
“Terimakasih sudah mengingat, percaya dan menungguku selama ini. Arisa Purnama, maukah kau menikah denganku?” katanya secara tiba-tiba. Tanpa berpikir panjang aku mengangguk dan tersenyum. Arka membalasnya dengan senyuman hangat itu, senyuman yang selama 3 tahun ini ku nantikan. Kini, aku dan Arka tidak akan terpisahkan. Aku dan Arka akan menjalin hubungan yang lebih serius, tanpa pacaran. Kami berdua saling percaya walaupun memang kadang banyak godaan yang hadir tapi kami tau, itu adalah masalah yang harus kami hadapi bersama. Setelah berpisah cukup lama kini aku, Arisa Purnama bisa memiliki senyum hangat seutuhnya dari laki-laki yang selama ini ku tunggu. Arka Sahadi.






















Facebook
:
Sarah Evelin (ini yang aktif)
Twitter
:
@rah_saraah
Instagram
:
@sarah.evelin
Line
:
sarahevelin26
Email
:









Senin, 18 Juni 2018

pernah bermimpi (puisi)



Pernah Bermimpi
Pernah aku berjalan
Ditengah - tengah kegelapan
Namun suasana membuat ngeri
Hingga diri ini tak sadarkan diri

Ketika diri ini tersadar
Aku berada disebuah kamar
Memilih waktu untuk memandangi
Benda benda disekitar yang mengelilingi

Rasa ingin beranjak
Namun tertahan oleh gejolak
Gejolak untuk tetap bertahan
Melihat siapa orang yang berada di halaman

Ketika mata ini memandang
Tatapan ku tertuju pada seseorang
Seorang wanita yang memakai sepatu baru
Dan setelah ku sadar Ia adalah ibuku


-SarahE (2018)-

Senyum :)

Senyum Matahari terasa lebih terik siang ini, membuat tenggorokan ini merasa kering. Dan kini aku memutuskan untuk masuk kedalam kafe di...